Sabtu, 18 Agustus 2012

Pemberian Tanpa Syarat



                Kisah nilai kehidupan kali ini tentang pemuda yang akan mengikuti sholat led. Langkahnya terburu-buru karena sholat led di masjid dekat rumahnya akan berlangsung sekitar lima menit lagi. Di perjalanan, dia bertemu dengan seorang anak laki-laki berambut keriting dan kulit gelap tapi muka ramah selalu dia tampakkan.
“Om om,” panggilnya seraya mengikuti arah jalannya si pemuda.
“Ada apa, Dek?” Langkahnya terhenti.
“Ini om, korannya.” Tangan kanan si anak menyodorkan satu bendel koran, sedangkan tangan yang lain mendekap bendel-bendel koran.
Pemuda menatap aneh pada kalung berlambang salip yang dikenakan si anak. Pasti anak ini ingin menghambatnya pergi ke masjid, begitu pikirnya.
“Maaf Dek, saya sedang buru-buru,” jawabnya cepat. Langkahnya dipercepat  lagi tap si keriting mempercepat langkahnya pula.
“Ini Om, korannya bawa aja.”
“Enggak Dek. Saya mau sholat led. Udah mau telat ini.”
“Iya makanya itu Om, bawa aja.”
“Enggak Dek. Udah ya.” Pemuda berlari agar tidak diikuti lagi. Untungnya sholat belum dimulai, tapi kini dia bingung karena tempat yang tersisa hanya halaman rumput sedangkan dia lupa tidak membawa sajadah.
Di tengah kebingungannya, si keriting datang lagi. Masih memamerkan senyumnya, dia menyodorkan koran.
“Ini Om, pakai aja ini buat alas,” ujarnya.
Si pemuda mengangsurkan uang ribuan tapi si keriting menolak.
“Sudah Om enggak usah. Selamat menjalankan sholat led ya Om,” ucapnya lalu pergi setelah bersalaman dengan si pemuda yang meminta maaf.

“Saling memaafkan tanpa dendam, saling memberi tanpa isyarat. Minal Aidzin Wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir dan Batin”





Tidak ada komentar:

Posting Komentar