Sabtu, 31 Desember 2011

Sekelumit Celoteh dan Harapan Hari-hari Menjelang UAS



Aku bahagia dengan hari-hariku sebagai mahasiswa dengan setumpuk laporan, anak kost yang berkurang napsu makannya kalau lagi duit mepet dan tidak bisa pulang, serta ilmu-ilmu yang menurutku semakin bertambah seru. Setiap kali aku bangun tidur. Aku selalu berusaha mengumpulkan seluruh semangatku yang masih berjalan mengendap-endap di seluruh jaringan bawah sadar. Dan senyum lebar-lebar untuk mengumpulkan pikiran positif agar tidak selalu berprasangka buruk dengan orang lain.
Aku punya segudang mimpi yang aku yakin pasti tidak hanya keluar dengan asap tipis mengepul kosong melompong tapi akan menjadi pembuktian dari keberhasilanku mengejarnya. Mimpilah yang membuatku bersemangat bangun pagi dan bersemangat pula untuk kuliah (tapi sering telat lalu tidak berani masuk). Well, setidaknya aku selalu berusaha paham dan mencari-cari pertanyaan yang bisa tanyakan ke dosen saat kuliah. Cara ini cukup manjur untuk membunuh kebosanan apabila dosen hanya monoton menerangkan bahan yang dikemasnya dalam bentuk power point atau istilah bekennya ppt.
            UAS. Hard study dan itu juga cukup membuatku senang karena saat-saat itu membuatku dipaksa untuk sangat dan sangatlah paham dengan materi kuliah. Aku jadi lebih tahu dari sebelumnya. Dan aku senang bisa mengetahui banyak hal. Tapi, sempat terpikir untuk berbuat curang juga saat aku merasa otakku sedang bebal. Then, ting tiring ting. . .hal ini bisa disiasati dengan mengarang bebas saja saat mendapatkan soal yang dirasa sulit. Entah itu nyambung atau tidak, biasanya aku akan terus menulis apa saja yang aku tahu sampai pengawas menyuruh mengumpulkan lembar jawaban.
            Lanjut setelah UAS, ehm I mean dua minggu kemudian ada hari-hari yang sangat aku benci. Bukan. Bukan karena aku benci liburan terus tidak bisa ketemu si cool (innocent boy yang aku anggap selalu cool dengan pakaian model apapun), tapi karena aku benci yudisium. Aku benci saat-saat nilaiku yang keluar melenceng jauh dari perkiraanku. Mungkin ini salahku selalu sangat percaya diri bisa mendapatkan hasil yang sangat maksimal setelah keluar dari ruang ujian. Bukankah itu bagus? Selalu berpikiran positif meskipun perkiraan lain menyangkal. Hmm, entahlah. The best thing that I have todo now is being the best in this semester. I know that Allah will help me, give me a  lot of  His love to give me the best. Amin.