Minggu, 20 Januari 2013

Pagiku Bersamanya




Kutuliskan kalimat-kalimat yang menggambarkan tentangnya, wanita tercantik di dunia ini yang biasa aku panggil ibu. Bila matahari mulai menyembul di ufuk timur menyemburatkan warna merah kejinggaan, ibu akan menghidupkan lampu kamarku dan seketika membuatku silau. Tapi terkadang aku hanya menggeliat lalu memeluk guling lagi, lantas ibu akan mengomeliku terus-terusan sampai aku mau mengambil air wudhu. Dan pada saat itu ibu akan berseru, “Percuma sekolah duwur-duwur, tapi sholat subuh wae jam setengah 6.” Kata beliau percuma sekolah tinggi-tinggi kalau sholat subuh saja jam setengah 6. Aku pasti hanya menggerutu kesal sembari menggelar sajadah di samping sajadah ibu.

Untuk mengobati kantukku yang belum usai, aku kembali menarik bantal tapi ibu menyetel teve yang menyiarkan ceramah subuh keras-keras hingga membuatku terganggu untuk tidur lagi. Tak ada pilihan lain, aku membantu ibu mencuci pakaian tapi setelah acara ceramah itu selesai, aku akan kembali tidur. Dan setelah aku bangun lagi, sarapan sudah tersedia di meja makan. Ini momen yang selalu aku rindu saat aku jauh darinya.