Senin, 13 Juni 2011

How Rich We Are. . . . !


Sebelum tahun empat lima, tahun yang mana bangsa ini merdeka komunikasi yang digunakan masih primitif, tetapi para pendahulu dapat bersatu padu tak menghiraukan dari ras mana atau suku mana. Mereka bersatu dari sabang hingga merauke untuk menentang penjajah hingga pada tanggal 14 Maret 1945, sekutu menyatakan bahwa Indonesia telah merdeka. Sekutu malu mengatakan bahwa Indonesia sudah merdeka, sehingga mereka mengatakan bahwa mereka telah memberi kemerdekaan sebagai hadiah. Merdeka bukanlah hadiah yang dapat diberikan pada tiap negara jajahan, tetapi merdeka merupakan hak setiap negara. Merdeka dapat diraih karena adanya persatuan. Mereka dapat bersatu padahal tidak ada teknologi yang menyatukan semacam jejaring sosial yang sedang marak pada era ini seperti facebook, twitter, my space, dan sebagainya bahkan untuk berkirim surat pun sangat sulit. Then, mengapa mereka dapat bersatu? Mereka dapat bersatu karena memiliki tujuan dan keinginan yang sama. Mereka memiliki jiwa nasionalisme, loyalitas pada negara, dan yang lebih penting adalah keinginan yang sama yaitu keinginan untuk merdeka. Tetapi apa yang terjadi saat ini, kerusuhan dan unjuk rasa dengan alasan mencari keadilan terus saja bersahutan. Pahlawan-pahlawan kita telah berusaha hingga mempertaruhkan nyawa untuk dapat memperoleh kemerdekaan, tetapi apa yang terjadi saat ini? Mereka menangis prihatin dan merasa sakit hati karena kemerdekaan ini tidak membuat anak cucunya hidup makmur.

Nasionalisme yang berkurang membuat pulau-pulau yang tanah air miliki terancam habis dirampas negara lain yang ingin memiliki pulau-pulau Indonesia nan kaya. Penjajah dengan betahnya singgah dan dengan rakus menghabiskan kekayaan Indonesia yang tiada pernah habis-habisnya. Negeri kita yang subur dan lautnya yang memiliki aneka ragam kekayaan seharusnya menjadi komiditi yang dapat meningkatkan devisa negara sehingga dapat mengentaskan kemiskinan. Mengapa keanekaragaman yang melimpah ini tak bisa mengentaskan Indonesia dari kemiskinana? Tiadanya nasionalisme kah? Atau kurangnya pegetahuan untuk mengolahnya menjadi sesuatu yang bernilai jual tinggi? Pada tiap individu seharusnya memiliki nasionalisme, loyalitas tinggi pada negara, dan keinginan yang sama untuk memerdekaan Indonesia dari kemiskinan. Tumbuhkan nasionalisme, rasa kecintaan terhadap keanekaragaman ras, suku, kesenian-kesenian, hingga kekayaan pulau-pulau tanah air sehingga tidak dirampas atau bahkan diklaim menjadi milik negara lain. Bukan salah mereka sepenuhnya apabila telah merampas hak milik kita, malah lebih baik dirampas saja supaya terpelihara dengan baik. Sebagian rakyat Indonesia hanya memikirkan soal perut, bukannya memikirkan cara yang inovatif untuk mengembangkan kekayaan tanah airnya. Para pejabat atau petinggi negara saling menyingkirkan lawannya untuk memperoleh jabatan yang lebih tinggi. Bahkan para pengamen saling berebutan mencari kawasan mengamen. 

Slow down for a while, pikirkanlah bagaimana cara mengolah keanekaragaman tanah air untuk menjadi produk bernilai jual tinggi, sehingga bukanlah mimpi lagi sebagian besar dari penduduk Indonesia adalah entrepreuneur yang sukses, bukan pengemis yang harus memasang wajah memelas untuk mendapat belas kasihan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar