Kisah
nilai kehidupan kali ini tentang pemuda yang akan mengikuti sholat led.
Langkahnya terburu-buru karena sholat led di masjid dekat rumahnya akan
berlangsung sekitar lima menit lagi. Di perjalanan, dia bertemu dengan seorang
anak laki-laki berambut keriting dan kulit gelap tapi muka ramah selalu dia
tampakkan.
“Om om,” panggilnya seraya
mengikuti arah jalannya si pemuda.
“Ada apa, Dek?” Langkahnya
terhenti.
“Ini om, korannya.” Tangan kanan
si anak menyodorkan satu bendel koran, sedangkan tangan yang lain mendekap
bendel-bendel koran.
Pemuda menatap aneh pada kalung
berlambang salip yang dikenakan si anak. Pasti anak ini ingin menghambatnya
pergi ke masjid, begitu pikirnya.
“Maaf Dek, saya sedang buru-buru,”
jawabnya cepat. Langkahnya dipercepat
lagi tap si keriting mempercepat langkahnya pula.
“Ini Om, korannya bawa aja.”
“Enggak Dek. Saya mau sholat led.
Udah mau telat ini.”
“Iya makanya itu Om, bawa aja.”
“Enggak Dek. Udah ya.” Pemuda
berlari agar tidak diikuti lagi. Untungnya sholat belum dimulai, tapi kini dia
bingung karena tempat yang tersisa hanya halaman rumput sedangkan dia lupa
tidak membawa sajadah.
Di tengah kebingungannya, si
keriting datang lagi. Masih memamerkan senyumnya, dia menyodorkan koran.
“Ini Om, pakai aja ini buat alas,”
ujarnya.
Si pemuda mengangsurkan uang
ribuan tapi si keriting menolak.
“Sudah Om enggak usah. Selamat
menjalankan sholat led ya Om,” ucapnya lalu pergi setelah bersalaman dengan si
pemuda yang meminta maaf.
“Saling memaafkan tanpa dendam, saling
memberi tanpa isyarat. Minal Aidzin Wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir dan Batin”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar